Tiga Hal yang Dikorbankan Saat Memburu Beasiswa Studi ke Luar Negeri…
Hal pertama adalah waktu. Anda harus fokus dan fokus itu hanya pada satu hal. Saat bertekad ingin memenangkan beasiswa ke Luar Negeri, relakanlah waktumu untuknya.
Kita boleh melakukan banyak hal, tapi jangan pernah lewatkan seharipun tanpa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan target kita itu.
Percayalah tidak ada yang cepat dalam setiap proses seleksi beasiswa ke Luar Negeri. Pasti selalu menyita waktu.
Ambil contoh, saat mengisi form aplikasi. Saya bisa katakan, sebulan untuk hasil yang sempurna.
Kalau untuk bagian biodata, sekali duduk selesai. Tapi tidak untuk bagian esainya. Anda harus diskusi dengan dosen/ guru/ baca literatur, dan lain-lain.
Proses-proses ini yang memakan waktu dan sambil mengarahkan fokus anda. Tapi hasilnya yang akan membuat anda lolos ditahap paling rumit, yaitu administrasi.
Biasanya kalo di formulir aplikasi kita sudah berusaha sesempurna mungkin, di tahap selanjutnya, terutama wawancara, bisa dilewati.
Waktu sedang melamar beasiswa S2, setiap malam dan habis subuh saya baca formulir yang sudah diisi, info-info di website beasiswa, dan lain-lain.
Ini membuat saya paham medannya, bahkan saya sudah bisa menebak apa yang akan dihadapi ditahap selanjutnya.
Saat saya dapat beasiswa S2, saya langsung siapkan rencana penelitian S3 sambil menjalani studi S2. Selesai S2, research proposal kelar, tinggal edit-edit lagi. Lulus, langsung lamar beasiswa S3.
Semuanya mungkin terlihat mudah sekarang, tapi percayalah. Siang-malam hanya beda warna saja bagi saya. Begitu juga bagi anda yang serius.
Hal yang ke-2 adalah perasaan. Hal yang paling nyata dihadapi adalah ocehan dan ejekan dari orang, lebih berat lagi bila dari orang terdekat.
Saat komit mau mengejar beasiswa S2 ke Luar Negeri, siap-siap punya hati tahan banting, telinga tebal, dan muka tembok.
Selalu ingatlah bahwa ocehan/ ejekan dari orang lain adalah ujian yang paling ringan. Bukanlah yang paling berat.
Perasaan harus dikorbankan juga saat ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam proses seleksi. Harus ikhlas, kemudian bangkit lagi.
Jadilah seperti bola ping pong: semakin keras dipukul akan semakin tinggi lantunannya.
Hal ke-3 adalah siap berkorban masa depan. Seleksi beasiswa makan waktu 1 tahun. Dalam kurun waktu itu, banyak tawaran pekerjaan atau apapun datang kapada anda.
Waktu sedang ikut seleksi beasiswa S2, saya lontang lantung kerja ngajar freelance dari satu bimbel ke bimbel lain. Tawaran kontrak saya tolak.
Saya yakin masa depan saya di beasiswa ini. Alhasil, minder pas ketmu teman yang sudah punya kerja tetap. Soal Gaji, jangan ditanya lagi, jauhhh dibawah 🙂
Begitulah, harus berani berkorban masa depan kalo yakin masa depan anda di beasiswa itu. Berani ngak? 🙂
Berkorban masa depan ini beda-beda kasusnya setiap orang. Yang sudah menikah beda ceritanya dengan yang masih single. Tapi, yakinlah, pasti harus berkorban.
Waktu, perasaan dan masa depan – itulah setidaknya 3 hal yang harus siap anda korbankan saat bertekad memenangkan beasiswa ke Luar Negeri.
Materi nggak? Itu bisa anda cari nanti, selalu ada cara untuk itu. Namun, tidak untuk tiga hal tersebut.
Ingatlah, hal yang berharga dalam hidup ini tidak selalu meminta uang anda, melainkan keyakinan, keberanian dan semangat yang besar dari anda.
Semangat ya! Tuhan Maha Melihat, maka tidak ada ruginya bekerja keras.
Let’s break the limits..!! – – – – Budi Waluyo